Hari Senin : Siapa Takut?


Bulan Berakhiran -Ber, bulan yang terus hujan

Siapa takut Senin? Saya 💪, takut dapur gak ngebul maksudnya

Setelah asyik dengan Weekend, minggu malam dengan keadaan yang horror, beberapa case orang enggan untuk beralih ke hari Senin. Rerata mereka tak rela untuk beranjak, karena senin-Jumat kerja, tapi Sabtu-minggu hanya dua hari. Jika pake proporsi mungkin bisa jadi 5:2, 5 kerja, 2 hari libur. Tak adil, ujar beberapa celoteh.

Pagi hari ini cerah, diawali senandung cicak yang kemudian hilang oleh Kumandang adzan shubuh. Shubuh kali ini masih saja jadi bahan uwel-uwel si kecil. Digigit lah hingga ditampar-tampar, bak seorang pesakitan. Kali ini tidak boleh dibalas, karena pelakunya anak 10 bulan.

Mandi pagi lalu sarapan dan akhirnya bergegas guna menjemput rejeki, adalah rutinitas Senin ini. Ngantuk, nguap-nguap hingga tidur ayam, adalah Template standar bagi hari istimewa ini. Mengapa dibilang istimewa? Bagi sebagian orang, Senin adalah hari paling memuakkan. Dimana seakan tak rela untuk memulai hari, kerjaan numpuk hingga waktu yang padat. Meeting marathon, target sales hingga akhirnya telat makan, telat ke toilet hingga telat ibadah. Dunia, dunia, seakan jadi make up sempurna, padahal jadi momok menakutkan, apalagi jika terlalu cinta dunia.

Secara tidak sadar, Senin adalah awal dari semua langkah rejeki kita. Perjalanan kita, meeting kita, kerjaan padat kita, aktivitas kita lainnya hingga start menuju gajian juga loh. Karena tidak ada finish, jika start tak ada. Senin mengajarkan arti sebuah langkah awal dan kecil untuk hasil yang maksimal.

ilustrasi motorik , mengacak-acak kacang ijo

Bagai anak bayi yang akan belajar berdiri, Senin adalah pijakan awal menuju langkah-langkah kaki kita ke depan, ke titik terjauh dalam hidup, ke suatu tempat eksotis yang andapun mau kunjungi, hingga tempat suci untuk dapat dekat dengan Tuhan kita.

Karena setting awal hidup kita dimulai dari perspektif awal pagi. Sebaiknya Senin sengaja kita atur terus untuk bisa berakhir indah, karena tak ada Jumat jika Senin tak dilewati.

Awali dengan kehangatan keluarga, manisnya senyum, luasnya harapan, dekapan impian, hingga luasnya sanubari syukur, agar kita terus bisa merasa bahwa nikmat yang kita terima ini adalah anugerah terbaiknya.

Senin, bukanlah sebuah momok menakutkan. Senin juga bukanlah bulan-bulanan, sehingga bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Senin itu manis,

Semanis harapan dan cita-cita positif kita

Bagaimana dengan Senin-mu?


Leave a comment